Friday, April 2, 2010

Duo Maia Berselingkuh


Duo Maia yang dulu akrab dikenal dengan nama Ratu, adalah ratu di kancah musik Tanah Air. Kehadirannya mampu menarik perhatian kita pada musiknya yang tidak melulu menggaungkan tema cinta sejati. Malahan, tema lagu milik Duo Maia yang mulanya lebih menggaungkan tema perselingkuhan itu, kini diikuti jejaknya oleh para musisi lain. Sejak kemunculannya di album pertama, cinta sejati antara dua insani bukan tema utama bagi Duo Maia. Ia lebih tertarik pada kenyataan di sekelilingnya bahwa ada cinta erotis—yang melihat cinta semata-mata sebagai ungkapan naluri seksual—sebagai tema dari kebanyakan lagu-lagunya. Tema ini dikemasnya dalam balutan musik centil dan lirik yang menyentil mengenai cinta dan perselingkuhan.

Lagu dari album pertamanya yang berjudul Jangan Bilang Siapa-Siapa bercerita tentang seorang perempuan yang menyukai pria yang baru ditemuinya dan melanggengkan cinta erotis yang dimilikinya itu tanpa peduli bahwa ia masih milik pria lain. Liriknya tidak terlalu sulit dipahami. Perjumpaan (kala jumpa dirinya), kepemilikan (kusudah ada yang punya), senyum penuh arti (kuberi senyumku kepadanya dan kau tahu maksud hatiku), perkenalan singkat (kau tanya siapa namaku), perjanjian diam-diam (dan kita berjanji tuk jumpa lagi tanpa ada teman tanpa ada yang tahu kita suka), pengalaman seksual tersembunyi (setiap kubercinta dengan pacar rahasiaku), kebohongan (aku ingin kau tak tahu bahwa kusudah ada yang punya), ketertarikan lawan jenis lewat “paket diri” yang menarik (menebar pesona ke insan pria, pasti ada satu-dua lelaki yang ‘kan suka), pencarian cinta (manusia tak pernah berhenti mencari yang didambakannya), dan keeksklusifan cinta (kuhanya manusia yang menginginkan satu pria saja yang terbaik dalam hidupku)—semua rangkuman dari lirik itu menggambarkan esensi bahwa cinta dipandang semata-mata sebagai hasil dari reaksi emosional yang spontan, yang seketika diikat oleh perasaan terpukau pada lawan jenis. Cinta dipandang semata-mata sebagai soal kepemilikan diri atas orang lain atau pun sebaliknya.

Menilik lirik lagu Duo Maia tersebut, tidak ada ruang untuk janji dan komitmen, untuk mencintai selamanya atau untuk cinta sejati. Cinta bagi Duo Maia hanyalah sebuah perasaan yang suatu ketika dapat lenyap dan jika cinta itu sudah lenyap, tinggal kembali lagi mencari lawan jenis yang mempunyai “paket diri” yang menarik (bisa berupa paket prilaku yang laku di pasar kepribadian—baik, ramah, perhatian—atau paket “kemasan diri” yang laris di pasar pencitraan tubuh—cantik, seksi, tampan, dll), yang dapat membuatnya “jatuh cinta”—yang didefiniskan oleh seorang psikoanalisis Eric Fromm sebagai hasrtat yang mampu meruntuhkan dua pribadi yang masih asing untuk saling melebur diri dalam ikatan emosional dengan penyimpulan instan, bahwa mereka saling mencintai karena mereka menghendaki satu sama lain secara jasmaniah.

Lalu judul lagu lainnya, Teman Tapi Mesra, tak kalah heboh daripada lagu pendahulunya. Bahkan sejak awal kemunculannya, judul lagu ini pun kerap dipakai sebagai bahasa baru oleh masyarakat, yang kita kenal dengan singkatan hubungan TTM. Pada lagu Teman tapi Mesra juga menyiratkan hal serupa. Liriknya menceritakan ketertarikan lewat “paket diri” lawan jenis (dia anak manis dan juga baik hati, dia slalu ada waktu untuk membantuku), kebimbangan (namun aku bingung ketika dia bilang cinta), kepemilikan (dan dia juga katakan ‘tuk ingin jadi kekasihku; aku memang suka pada dirimu namun aku ada yang punya), dan hasrat seksual (‘ku tak mungkin mencintaimu, kita berteman saja, teman tapi mesra)—sekali lagi dapat dipresentasikan bahwa cinta hanyalah sekadar hal kepemilikan dan hal menghendaki lawan jenis lewat “paket diri”, baik secara emosional maupun jasmaniah.

Dari dua lirik lagu tersebut, ada kelinearan mengenai persepsi cinta menurut Duo Maia—atau lebih tepatnya menurut si penulis lagu yang sekaligus sebagai personilnya, Maia Estianty. Hasrat seksual begitu lugas terbaca dalam lirik lagunya. Hasrat seksual itu dirangsang oleh berbagai bentuk emosi yang kuat, bisa berupa ketertarikan pada “paket diri” lawan jenis ataupun keinginan untuk memiliki “paket diri” lawan jenisnya itu, serta penyatuan dua pribadi lewat hubungan jasmani. Hasrat seksual terkamuflasekan atau tersamarkan dengan baik lewat pengertian tentang “cinta”.

Bagi penulis lagu tersebut, cinta yang semata-mata hadir karena adanya pengalaman keintiman antara dua individu (setiap kubercinta dengan pacar rahasiaku; kita berteman saja, teman tapi mesra), hanyalah bersifat jangka pendek. Perselingkuhan dapat dicurigai sebagai ketidakpuasan pengalaman keintimannya dengan lawan jenis. Ketika seorang individu sudah bosan dengan pengalaman keintimannya dengan satu lawan jenis, seseorang tersebut akan mencari cinta dengan pribadi baru, dengan orang asing yang baru. Lagi-lagi karena ingin merasakan pengalaman keintiman dan pengalaman cinta yang berbeda, atau bisa jadi karena ketidakpernahpuasan dengan satu pribadi saja. Lalu kalau intensitas pengalaman itu berkurang, akan berujung pada keinginan akan penaklukan yang baru lagi, pengalaman keintiman yang baru lagi, dan cinta yang baru lagi (manusia tak pernah berhenti mencari yang didambakannya).

Pada dua lagu tersebut, tergambarkan pula adanya keterbukaan seksualitas perempuan. Keterbukaan seksual ini berbeda dengan zaman sebelumnya yang dianggap menceritakan pengalaman seksualitas perempuan adalah suatu hal yang tabu dan tidak layak untuk diperbincangkan. Di zaman dengan budaya yang terus berkembang, pengalaman seksual bukan lagi suatu hal yang tabu melainkan hal yang dapat dengan biasa diperbincangkan, layaknya cinta. Begitu pula dengan perselingkuhan. Bagi Duo Maia itu adalah hal biasa, tidak perlu repot-repot mempertimbangkan “sistem dosa”. Entah itu karena pengaruh modernisme yang terus berkembang(?) atau karena ketidakpahaman tentang suatu hal yang paling mendasar, yakni hakekat cinta(?), atau bisa jadi, Duo Maia sengaja menggunakan “cinta” untuk menyamarkan hasrat seksualnya(?). Kini, terserah Anda ingin menanggapinya bagaimana.

Jatinangor, 19 Maret 2008


2 komentar:

lithana said...

tulisan ini dibuat untuk tugas kuliah...

Anonymous said...

akhirnya senjata makan tuan, yang tadinya jadi andalan, sekarang kena sendiri akibatnya, mempropagandakan mengenai perselingkuhan, akibatnya rumah tangga pribadi jadi korbannya

Post a Comment